Sponsor

12/03/2015

Memek Saya Digilir

Aku seorang mahasiswi umur aku 21 tahun dan kuliah di PTS Jakarta, aku asli dari Yogyakarta dan di Jakarta aku tinggal dengan kakaku yang tiga bulan yang lalu baru menikah jadi dia sedang hangat hangatnya bermesraan mereka sering jalan keluar malam atau keluar kota untuk beberapa hari.

Cerita Seks Memek Saya Di Gilir

Cerita Seks Memek Saya Di Gilir
Cerita Seks Memek Saya Di Gilir
Oy sampai lupa perkenalkan namaku Tiyas wajahku cukup cantik tinggi badanku 170 cm bodyku sangat langsing dan tentunya padat apalagi buah dadaku yang lumayan besar, biasanya jika kakakku dan suaminya keluar akulah yang sering menjaga rumahnya, cerita ini berawal dari saat malam itu teman teman kampusku bermain kerumah untuk menonton film bersama.
Setelah sekitar jam 10 malam, kebanyakan dari teman saya pulang dan tinggallah 2 teman laki-laki saya, Iwan dan Ropik. Mereka berpikir untuk menemani saya, karena tidak baik pikir mereka meninggalkan seorang gadis di rumah sendirian di waktu kakak saya “berbulan madu” dengan suaminya.
Kami berlima akhirnya nonton video yang kami sewa sampai akhirnya kami merasa mengantuk. Jam sudah menunjukkan pukul 01:00 dini hari dan kebetulan besok adalah hari Minggu, jadi kami tidak perlu khawatir untuk pergi kuliah.
Rumah kakak saya mempunyai 3 kamar, satu untuk kakak saya dan suaminya, satu untuk saya dan satu lagi adalah kamar tamu (pembantu pada sore hari sekitar pukul 19:00 pulang kembali ke rumahnya yang terletak di kampung yang dekat dengan perumahan kakak saya).
Akhirnya kami bertiga memutuskan untuk tidur. Saya tidur di kamar saya sendiri, Ropik tidur di sofa di depan TV dan Iwan tidur di kamar untuk tamu. Saya tutup pintu kamar saya setelah pergi ke kamar mandi untuk sikat gigi, buang air kecil dan mencuci kaki dan muka (kebiasaan saya sebelum tidur).
Kemudian kebiasaan saya yang lain dalam hal tidur ini adalah saya menanggalkan semua pakaian saya kecuali celana dalam saya, lalu saya menutupi tubuh saya hanya dengan selimut tebal. Saya nyalakan lampu kecil di sudut ruangan kamar saya dan mematikan lampu kamar saya.
Saya tertidur seketika itu juga karena rasa lelah saya. Tidak lama kemudian saya merasa ada seseorang yang masuk kamar saya dan menyalakan lampu dengan tiba-tiba. Saya melihat Iwan di pintu dengan mata yang terbelalak.
Saya yang sempat belum sadar atas keadaan tubuh saya yang telanjang, tiba-tiba langsung terpekik dan spontan menutupi ketelanjangan dada saya.
“Aakkhh! aduhh.. aduhh.. kok nggak ketok-ketok dulu sih! gila loe Wan.. aduh..” kata saya dengan keadaan yang bingung dan sangat malu.
“Hah! astaga! sorry banget ya! aduh sorry banget! gue cuman mao nanya dimana kamar mandi.. gue kebelet banget nih!” Iwan dengan sedikit gagap menutup pintu kamar saya.
Tapi sebelum pintu benar-benar tertutup tiba-tiba Ropik datang ke kamar mencegah Iwan untuk menutup pintu kamar dengan alasan ingin melihat apa yang terjadi.
“Gila.. seksi banget loe, ya,” tiba-tiba Ropik menyeletuk dan berjalan cepat menuju saya. Saya bisa melihat di sorot matanya nafsu yang entah datang darimana,
“Wan! buruan ke sini! cepet!” teriak Ropik lagi kepada Iwan. Otomatis Iwan datang ke arah saya dengan sorot mata yang kesetanan juga.
“Oi.. apa-apaan ini! lepasin gue! lepasiinn!” teriak saya sekuat tenaga, dan tiba-tiba Ropik berteriak kepada saya sambil membungkam mulut saya,
“Diem loe Sya! gila.. siapa suruh loe nunjukin tubuh loe ke kita-kita! seksi banget loe Sya! Sorry nih gue mau nyoba dikit badan loe.. bolehkan Sya?”
Mereka bertiga tertawa kecil seraya membuka selimut saya. Dengan cepat Ropik menggenggam kedua pergelangan tangan saya dengan erat lalu melumat bibir saya habis-habisan. Saya sempat tidak bisa bernafas karenanya dan terus berusaha memberontak.
Entah darimana datangnya tiba-tiba saya merasakan sesuatu yang lain ketika Iwan membuka kedua kaki saya dan menggesek-gesekkan jarinya di luar celana dalam saya yang berwarna merah muda. Saya kemudian mulai menikmati keadaan saat itu dan mulai berhenti meronta.
Setelah Iwan puas mencium bibir saya, dia bangun dan langsung menanggalkan semua pakaiannya. Begitu juga dengan Ropik, mereka berdua dalam keadaan telanjang bulat dalam beberapa menit.
Saya sangat terangsang melihat tubuh mereka yang sangat bagus, tidak atletis tapi melihat tubuh mereka yang cukup tinggi dan berisi membuat saya kagum.
Di bagian tengah tubuh mereka saya melihat penis mereka yang sudah sangat menegang dan ini membuat jantung saya berdetak dengan kencang karena ini pertama kali saya melihat penis laki-laki dan sangat besar untuk saya.
Ukurannya sekitar 18 cm (rata-rata) dan penis Iwan lah yang paling besar, karena badannya yang sangat tegap dan agak sedikit berbidang. Terus terang saya menaruh perasaan suka padanya sejak melihatnya pertama kali di kampus.
Iwan mendekati saya dan langsung memeluk tubuh saya dengan mesra. Kami berpagutan lagi sampai saya merasakan kenikmatan yang luar biasa saat Iwan menyentuhkan jarinya dengan klitoris vagina saya yang masih terbungkus celana dalam.
“Aahh.. Wan.. gue sayang sama loe.. sayang banget..” tanpa tersadar saya berkata itu. Saya tidak tahu lagi bagaimana cara menyampaikan perasaan saya padanya. “Gue juga sayang sama loe dari dulu.. make love sama gue yah Sya..” kata Iwan yang membuat saya terkejut.
Iwan kemudian mulai menuruni tubuh saya dan beralih ke payudara saya yang berukuran 34A.
“Aahh..Wann.. aahh.. enak banget.. aahh.. aa.. aduhh.. pelan Wan..” kataku saat merasakan kenikmatan atas kuluman Iwan di puting dan sekitar payudaraku.
Sesaat itu juga Ropik kemudian berlutut di atas muka saya dan mengarahkan penisnya ke mulut saya. Perlahan-lahan dia memasukkan penisnya ke mulut saya dan dengan segera saya mengulum penisnya.
Ropik segera mendesis keenakan, “Aahh.. aakkhh.. anjir enak banget Sya.. isepin dong Sya.. aakkhh.. hh..” sambil menarik keluar masuk penisnya di mulut saya.
Saya merasakan cairan asin keluar sedikit demi sedikit dari ujung penisnya dan ini membuat saya merasakan sedikit aneh sekaligus nikmat.
Iwan sendiri menambah kenikmatan saat itu dengan menjilati bibir vagina dan klitoris saya dengan sangat lahap. Iwan kelihatan sangat seksi dengan posisi dan wajah itu.
“Aaakkhh!Wann.. loe apain memek gue.. aahh terusin Wan.. aahh.. aahh!” saya merasakan tubuh saya menegang dan kaki saya kaku, vagina saya terasa hangat yang menandakan saya sudah mencapai orgasme untuk yang pertama kali.
Iwan segera menjilati dan menelan habis cairan yang keluar dari vagina saya.Sementara itu Ropik meneruskan memasukkan batang kemaluannya ke dalam mulut saya sampai akhirnya saya merasakan penisnya panas dan mengeluarkan semburan sperma yang cukup banyak.
Sekitar tiga semburan sperma ke mulut saya dan mau tidak mau saya menelan spermanya habis.
“Aaakkhh! Hhh.. hh.. enak banget Sya.. thnaks! loe lanjutin aja sama Iwan,” terlihat Ropik mengedipkan mata yang nakal kepada Iwan. Iwan hanya tersenyum lalu melanjutkan permainan kami berdua.
Iwan kemudian memasukkan jari tengahnya ke dalam lubang vagina saya secara perlahan-lahan lalu keluar masuk ke lubang saya berulang sampai tubuh saya menggelinjang.
“Wan.. pelan-pelan yah Wan.. ini pertama kali, gue masih perawan,” kataku kepada Iwan untuk berhati-hati. “Iya, Sya.. trust me,” katanya seraya memasukkan jarinya ke dalam lubang vagina saya. Ia kemudian mengeluarkan kembali jarinya dan memegang penisnya yang sudah mengeras sejak tadi.
Ia lalu menggesek-gesekkan ujung penisnya ke permukaan vaginaku dan ini membuatku semakin penasaran terhadap “barang”-nya itu.
“Ah Wan.. dimasukkin enak yah Wan.. cobain donk Wan.. ahh.. hh..” kataku sambil memejamkan mata dan berpegangan pada kedua lengannya karena mencoba menahan rasa birahi dan penasaran yang bertubi-tubi.
“OK.. tahan sakitnya yah Sayang,” katanya sambil mengecup bibirku, lalu mengambil posisi untuk memasukkan penisnya ke dalam vaginaku.Iwan dengan tangannya yang kuat mengangkat kedua kakiku ke atas dan membukanya sehingga lubang vaginaku membuka dengan sempurna.
“Punya kamu kecil.. jadi bakalan agak sakit.. tahan ya!” katanya lagi sambil menusuk pelan-pelan penisnya ke dalam lubang vaginaku.
“Aakkhh! aauucch! aakkhh.. sakiitt.. sakitWann! jangan dimasukin! aakkhh..” aku berteriak kesakitan karena memang penisnya yang sangat besar itu sangat mustahil untuk masuk ke liang senggamaku yang masih sangat sempit.
Tapi tanpa memperdulikan teriakanku, dia malah makin mengganas bahkan mungkin teriakanku itu membuatnya makin terangsang dan menjadi kesetanan. Ditusuknya berkali-kali sampai akhirnya hanya ujung penisnya yang masuk setelah 5 menit berlalu.
Tubuh kami berkeringat, terutama saya yang menahan sakit dan berpegangan kuat kepada ujung bantal. Saya sudah mulai menangis kesakitan dan Iwan memeluk saya sambil menciumi saya untuk menenangkan diri saya.
Sewaktu rasa sakit sudah berkurang karena ciuman bibir kami berdua, dia mulai mendorong pelan-pelan supaya penisnya dapat masuk ke dalam vagina saya.
“Aakkhh aahh.. sempit banget Sya.. ahh.. aahh,” Bless! akhirnya dengan beberapa kali sentakan yang sangat kuat dan penuh rasa sakit, penisnya mampu masuk semuanya ke dalam vagina saya.
Setelah kami berdua mampu mengatasi keadaan, Iwan mulai memeluk tubuh saya dan menggenjot penisnya keluar-masuk vagina saya. Kenikmatan yang begitu luar biasa yang belum pernah saya rasakan selama masturbasi membuat saya mendesah keenakan.
“Aahh.. hh.. aahh.. ahh.. uummhh.. eenaakk..Wann.. gue sayang.. loe.. bangett.. hh.. hh..”
“Memek Tiyas enak banget! aakkhh! aakkhh..”
Saya sempat orgasme beberapa kali yang menghasilkan banyak kontraksi di lubang senggama saya (yang memancing kenikmatan bagi Iwan) sebelum akhirnya Iwan mencapai puncaknya.
“Gue nyampe Sya.. aahh.. hh.. aakkhh!”
“Crott.. croott..”
Entah berapa kali Iwan menyemburkan air maninya dan jatuh lemas di atas tubuh saya. Kami berpelukan sangat erat dan berciuman sampai akhirnya kami tertidur berdua dalam keadaan sangat basah karena keringat. Keesokan paginya kami madi berdua dan bermain lagi sampai puas sampai akhirnya saatnya Iwan untuk pulang ke rumahnya.
Sampai sekarang Iwan dan saya berpacaran dan masih melakukan hubungan seksual. Kadang kami berempat (saya, Iwan, Ropik dan pacarnya) bermain bersama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar