Sponsor

12/03/2015

Nafsu Tinggi Gadis SMP

Saat ini aku berstatus anak kuliahan di perguruan Bandung masih semester 7 waktu liburan datang aku maen ke tempat kakaku yang di Jakarta. Suatu hari setelah sampainya disana aku disambut gembira dengan kakakku, sambil asyik nonton TV aku emlihat ada tamu ternyata dia adalah teman kampusnya dulu.

Cerita Sex Nafsu Tinggi Gadis SMP

SMP bugil, Ngentot Gadis SMP, Memek SempiT ABG, ML Gadis Belia, Horny Cewe SMP
Cerita Sex Nafsu Tinggi Gadis SMP
Namanya OM Fredy dia berusia 43 tahun dia sangat ramah dan baik sekali sampai sampai aku diajak maen kerumahnya dan di kenalkan oleh istri dan anaknya , istri dari Om Fredy lebih muda 8 tahun dari dirinya sangat cantik dan menggoda anaknya yang bernama Maya masih duduk di kelas 2 SMP.
Kalau aku ke Jakarta aku sering main ke rumahnya. Dan pada hari Senin, aku ditugaskan oleh Fredy untuk menjaga putri dan rumahnya karena ia akan pergi ke Malang, ke rumah sakit untuk menjenguk saudara istrinya. Menurutnya sakit demam berdarah dan dirawat selama 3 hari. Oleh karena itu ia minta cuti di kantornya selama 1 minggu. Ia berangkat sama istrinya, sedangkan anaknya tidak ikut karena sekolah.
Setelah 3 hari di rumahnya, suatu kali aku pulang dari rumah kakakku, karena aku tidak ada kesibukan apapun dan aku pun menuju rumah Fredy. Aku pun bersantai dan kemudian menyalakan VCD. Selesai satu film. Saat melihat rak, di bagian bawahnya kulihat beberapa VCD porno. Karena memang sendirian, aku pun menontonnya. Sebelum habis satu film, tiba-tiba terdengar pintu depan dibuka. Aku pun tergopoh-gopoh mematikan televisi dan menaruh pembungkus VCD di bawah karpet.
“Hallo, Oom Dani..!” Maya yang baru masuk tersenyum. “Eh, tolong dong bayarin bajaj… uang Maya sepuluh-ribuan, abangnya nggak ada kembalinya.”
Aku tersenyum mengangguk dan keluar membayarkan bajaj yang cuma dua ribu rupiah.
Saat aku masuk kembali.., pucatlah wajahku! Maya duduk di karpet di depan televisi, dan menyalakan kembali video porno yang sedang setengah jalan. Dia memandang kepadaku dan tertawa geli.
“Ih! Oom Dani! Begitu to, caranya..? Maya sering diceritain temen-temen di sekolah, tapi belon pernah liat.”
Gugup aku menjawab, “Maya… kamu nggak boleh nonton itu! Kamu belum cukup umur! Ayo, matiin.”
“Aahhh, Oom Dani. Jangan gitu, dong! Tuh liat… cuma begitu aja! Gambar yang dibawa temen Maya di sekolah lebih serem.”
Tak tahu lagi apa yang harus kukatakan, dan khawatir kalau kularang Maya justru akan lapor pada orangtuanya, aku pun ke dapur membuat minum dan membiarkan Maya terus menonton. Dari dapur aku duduk-duduk di beranda belakang membaca majalah.
Sekitar jam 7 malam, aku keluar dan membeli makanan. Sekembalinya, di dalam rumah kulihat Maya sedang tengkurap di sofa mengerjakan PR, dan… astaga! Ia mengenakan daster yang pendek dan tipis. Tubuh mudanya yang sudah mulai matang terbayang jelas. Paha dan betisnya terlihat putih mulus, dan pantatnya membulat indah. Aku menelan ludah dan terus masuk menyiapkan makanan.
Setelah makanan siap, aku memanggil Maya. Dan.., sekali lagi astaga… jelas ia tidak memakai BH, karena puting susunya yang menjulang membayang di dasternya. Aku semakin gelisah karena penisku yang tadi sudah mulai “bergerak”, sekarang benar-benar menegak dan mengganjal di celanaku.
Selesai makan, saat mencuci piring berdua di dapur, kami berdiri bersampingan, dan dari celah di dasternya, buah dadanya yang indah mengintip. Saat ia membungkuk, puting susunya yang merah muda kelihatan dari celah itu. Aku semakin gelisah. Selesai mencuci piring, kami berdua duduk di sofa di ruang keluarga.
“Oom, ayo tebak. Hitam, kecil, keringetan, apaan..?”
“Ah, gampang! Semut lagi push -up! Kan ada di tutup botol Fanta! Gantian… putih-biru-putih, kecil, keringetan, apa..?”
Maya mengernyit dan memberi beberapa tebakan yang semua kusalahkan.
“Yang bener… Maya pakai seragam sekolah, kepanasan di bajaj..!”
“Aahhh… Oom Dani ngeledek..!”
Maya meloncat dari sofa dan berusaha mencubiti lenganku. Aku menghindar dan menangkis, tapi ia terus menyerang sambil tertawa, dan… tersandung!
Ia jatuh ke dalam pelukanku, membelakangiku. Lenganku merangkul dadanya, dan ia duduk tepat di atas batang kelelakianku! Kami terengah-engah dalam posisi itu. Bau bedak bayi dari kulitnya dan bau shampo rambutnya membuatku makin terangsang. Dan aku pun mulai menciumi lehernya. Maya mendongakkan kepala sambil memejamkan mata, dan tanganku pun mulai meremas kedua buah dadanya.
Nafas Maya makin terengah, dan tanganku pun masuk ke antara dua pahanya. Celana dalamnya sudah basah, dan jariku mengelus belahan yang membayang.
“Uuuhh… mmmhhh…” Maya menggelinjang.
Kesadaranku yang tinggal sedikit seolah memperingatkan bahwa yang sedang kucumbu adalah seorang gadis SMP, tapi gairahku sudah sampai ke ubun-ubun dan aku pun menarik lepas dasternya dari atas kepalanya. Aahhh..! Maya menelentang di sofa dengan tubuh hampir polos!
Aku segera mengulum puting susunya yang merah muda, berganti-ganti kiri dan kanan hingga dadanya basah mengkilap oleh ludahku. Tangan Maya yang mengelus belakang kepalaku dan erangannya yang tersendat membuatku makin tak sabar. Aku menarik lepas celana dalamnya, dan.. nampaklah bukit kemaluannya yang baru ditumbuhi rambut jarang. Bulu yang sedikit itu sudah nampak mengkilap oleh cairan kemaluan Maya. Aku pun segera membenamkan kepalaku ke tengah kedua pahanya.
“Ehhh… mmmaaahhh..,” tangan Maya meremas sofa dan pinggulnya menggeletar ketika bibir kemaluannya kucium.
Sesekali lidahku berpindah ke perutnya dan mengemut perlahan.
“Ooohh… aduuhhh..,” Maya mengangkat punggungnya ketika lidahku menyelinap di antara belahan kemaluannya yang masih begitu rapat.
Lidahku bergerak dari atas ke bawah dan bibir kemaluannya mulai membuka. Sesekali lidahku membelai kelentitnya dan tubuh Maya akan terlonjak dan nafas Maya seakan tersedak. Tanganku naik ke dadanya dan meremas kedua bukit dadanya. Putingnya sedikit membesar dan mengeras.
Ketika aku berhenti menjilat dan mengulum, Maya tergeletak terengah-engah, matanya terpejam. Tergesa aku membuka semua pakaianku, dan kemaluanku yang tegak teracung ke langit-langit, kubelai-belaikan di pipi Maya.
“Mmmhh… mmmhhh… ooohhhmmm..,” ketika Maya membuka bibirnya, kujejalkan kepala kemaluanku.
Mungkin film tadi masih diingatnya, jadi ia pun mulai menyedot. Tanganku berganti-ganti meremas dadanya dan membelai kemaluannya.
Segera saja kemaluanku basah dan mengkilap. Tak tahan lagi, aku pun naik ke atas tubuh Maya dan bibirku melumat bibirnya. Aroma kemaluanku ada di mulut Maya dan aroma kemaluan Maya di mulutku, bertukar saat lidah kami saling membelit.
Dengan tangan, kugesek-gesekkan kepala kemaluanku ke celah di selangkangan Maya, dan sebentar kemudian kurasakan tangan Maya menekan pantatku dari belakang.
“Ohhmm, mam… masuk… hhh… masukin… Omm… hhh… ehekmm…”
Perlahan kemaluanku mulai menempel di bibir liang kemaluannya, dan Maya semakin mendesah-desah. Segera saja kepala kemaluanku kutekan, tetapi gagal saja karena tertahan sesuatu yang kenyal. Aku pun berpikir, apakah lubang sekecil ini akan dapat menampung kemaluanku yang besar ini. Terus terang saja, ukuran kemaluanku adalah panjang 15 cm, lebarnya 4,5 cm sedangkan Maya masih SMP dan ukuran lubang kemaluannya terlalu kecil.
Tetapi dengan dorongan nafsu yang besar, aku pun berusaha. Akhirnya usahaku pun berhasil. Dengan satu sentakan, tembuslah halangan itu. Maya memekik kecil, dahinya mengernyit menahan sakit. Kuku-kuku tangannya mencengkeram kulit punggungku. Aku menekan lagi, dan terasa ujung kemaluanku membentur dasar padahal baru 3/4 kemaluanku yang masuk. Lalu aku diam tidak bergerak, membiarkan otot-otot kemaluan Maya terbiasa dengan benda yang ada di dalamnya.
Sebentar kemudian kernyit di dahi Maya menghilang, dan aku pun mulai menarik dan menekankan pinggulku. Maya mengernyit lagi, tapi lama-kelamaan mulutnya menceracau.
“Aduhhh… ssshhh… iya… terusshh… mmmhhh… aduhhh… enak… Oommm…”
Aku merangkulkan kedua lenganku ke punggung Maya, lalu membalikkan kedua tubuh kami hingga Maya sekarang duduk di atas pinggulku. Nampak 3/4 kemaluanku menancap di kemaluannya. Tanpa perlu diajarkan, Maya segera menggerakkan pinggulnya, sementara jari-jariku berganti-ganti meremas dan menggosok dada, kelentit dan pinggulnya, dan kami pun berlomba mencapai puncak.
Lewat beberapa waktu, gerakan pinggul Maya makin menggila dan ia pun membungkukkan tubuhnya dan bibir kami berlumatan. Tangannya menjambak rambutku, dan akhirnya pinggulnya menyentak berhenti. Terasa cairan hangat membalur seluruh batang kemaluanku.
Setelah tubuh Maya melemas, aku mendorong ia telentang. Dan sambil menindihnya, aku mengejar puncakku sendiri. Ketika aku mencapai klimaks, Maya tentu merasakan siraman air maniku di liangnya, dan ia pun mengeluh lemas dan merasakan orgasmenya yang kedua.
Sekian lama kami diam terengah-engah, dan tubuh kami yang basah kuyup dengan keringat masih saling bergerak bergesekan, merasakan sisa-sisa kenikmatan orgasme.
“Aduh, Oom… Maya lemes. Tapi enak banget.”
Aku hanya tersenyum sambil membelai rambutnya yang halus. Satu tanganku lagi ada di pinggulnya dan meremas-remas. Kupikir tubuhku yang lelah sudah terpuaskan, tapi segera kurasakan kemaluanku yang telah melemas bangkit kembali dijepit liang vagina Maya yang masih amat kencang.
Aku segera membawanya ke kamar mandi, membersihkan tubuh kami berdua dan… kembali ke kamar melanjutkan babak berikutnya. Sepanjang malam aku mencapai tiga kali lagi orgasme,dan Maya… entah berapa kali. Begitupun di saat bangun pagi, sekali lagi kami bergumul penuh kenikmatan sebelum akhirnya Maya kupaksa memakai seragam, sarapan dan berangkat ke sekolah.
Kembali ke rumah Fredy, aku masuk ke kamar tidur tamu dan segera pulas kelelahan. Di tengah tidurku aku bermimpi seolah Maya pulang sekolah, masuk ke kamar dan membuka bajunya, lalu menarik lepas celanaku dan mengulum kemaluanku.
Tapi segera saja aku sadar bahwa itu bukan mimpi, dan aku memandangi rambutnya yang tergerai yang bergerak-gerak mengikuti kepalanya yang naik-turun. Aku melihat keluar kamar dan kelihatan VCD menyala, dengan film yang kemarin. Ah! Merasakan caranya memberiku “blowjob”, aku tahu bahwa ia baru saja belajar dari VCD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar